Tuesday, July 8, 2014

Hanimun di Kaliurang yang Adeeeemmm....

Tulisan ini saya buat sekadar untuk berbagi cerita mengenai perayaan ulang tahun pernikahan kedua kami, Widodo Surya Putra dan Kristinawati yang kali ini berpusat di daerah Kaliurang, Yogyakarta. Ini adalah kisah kedua kami setelah tahun sebelumnya kami rayakan dengan bepergian ke daerah Malang, Jawa Timur.
Kami bersyukur ada waktu luang tepat pada tanggal pernikahan kami (7 Juli), sehingga kami dapat menghabiskan waktu berdua pada 6-7 Juli 2014. Inilah oleh-oleh yang dapat saya bagikan:


Cerita kami dimulai dari memastikan penginapan yang sudah kami incar sejak beberapa bulan lalu, tepatnya bernama Fuji Villa yang terletak di sebelah utara monumen udang. Kami mendapatkan informasi awal dari blog fujivillakaliurang.wordpress.com. Kesan yang kami dapatkan lewat informasi online tersebut adalah: tempatnya nyaman, bersih, dapat sarapan, dan yang membuat kami senang, ada pemutar DVD serta fasilitas sewa sepeda tanpa bayar alias gratis!

Kami pun segera memesan lewat Booking.com dan mendapatkan harga yang lebih murah daripada pemesanan yang dilakukan secara langsung. Kami juga dapat membatalkan maksimal hingga H-1 jika seandainya ada perubahan. Namun, sejak awal kami juga pastikan bahwa pilihan tersebut tidak akan kami manfaatkan karena kami sudah membulatkan tekad untuk menginap di sana, tepatnya mulai 6 Juli 2014 sampai 7 Juli 2014. Mengenai waktu check in dan check out kami sesuaikan dengan pihak hotel.

Setelah beribadah di GKJ Delanggu pada Minggu pagi dan melepas kepergian keluarga kakak kedua saya yang sudah 2 hari berada di rumah ... perjalanan kami pun dimulai. Tepat pukul 09.00 kami berangkat dari Delanggu, Klaten menuju Kaliurang dengan tujuan awal: Museum Gunungapi Merapi (MGM), Kaliurang!

Sekitar pukul 10.45 kami sampai di MGM, setelah sebelumnya sempat mampir di Indomaret untuk membeli snack dan minuman. Sepinya pengunjung membuat kami leluasa menjelajahi sudut demi sudut ruangan yang ada di dalamnya. Kami hanya perlu membayar Rp. 3.000 untuk tiket masuk MGM dan Rp. 5.000 untuk menonton film seputar Gunung Merapi.

Sekalipun kami bukan pasangan yang gemar berkunjung ke museum, tetapi hari itu kami senang karena dapat menuntaskan rasa penasaran kami perihal isi MGM. Ternyata bagus juga dalamnya! Kami dapat melihat replika gunung merapi, belajar mengenai sejarah gunung api, menonton video mengenai tsunami dan gunung berapi, mengetahui letak gunung-gunung api di Indonesia, melihat benda-benda yang menjadi bukti nyata keganasan merapi, melihat film dokumenter berisi cerita mengenai Gunung Merapi dan kehidupan masyarakat di sekitar Merapi, dan masih banyak lagi.

 Maaf hanya bisa berbagi 6 foto ini karena kebetulan kami juga tidak banyak ambil gambarnya. Namun yang jelas, kita bisa kenyang dengan informasi yang disajikan dalam berbagai bentuk yang menarik di dalam MGM ini. Hanya ada satu hal yang kami sesalkan, yakni tidak berfungsinya alat peraga tsunami, padahal kami sangat ingin mengetahuinya.
Sedikit oleh-oleh dari MGM
Selesai dari MGM, sekitar pukul 12.30, kami ke penginapan untuk menanyakan apakah sudah bisa check-in atau belum. Jadwal sih jam 14.00 mulai check-in tapi kalau bisa sebelum itu masuk kamar kan asyik juga. Bisa leyeh-leyeh lebih awal (kami pun sudah agak ngantuk...).. but ternyata belum bisa ... diminta nunggu jam 1-an. Ya sudah, kami pun mengarahkan tujuan untuk membereskan "kampung tengah" yang sudah mulai berbunyi ... alias kudu makan siang segera. Pilihan kami pun tertuju pada bakso urat di pojokan pertigaan (seberang Taman Rekreasi Kaliurang).

Kami membayar Rp. 25.000 untuk 2 porsi bakso, segelas teh hangat, dan sebungkus krupuk (rambak). Agak mahal untuk porsi seperti pada gambar di bawah ini, tetapi kata istri saya: "Biasa Pa, di tempat wisata..." Saya pun hanya bisa manggut-manggut sekalipun masih sedikit belum bisa menerima..hehe..Oya, parkir di seputar kawasan wisata ini termasuk di sekitar warung bakso dikenakan Rp. 2.000/sekali parkir.

                                                 
Tampilan bakso 
Setelah semuanya licin tandas, kami bergegas ke Fuji Villa yang hanya membutuhkan 1-2 menit berkendara sepeda motor dari warung bakso. Kami pun senang karena ternyata "si mbak" resepsionis berkata: "Sudah bisa masuk kamar". Lumayan bisa masuk kamar 1 jam lebih awal. Setelah menyelesaikan pembayaran, kami pun diantar ke kamar yang kami pesan .... daaaan... terpampanglah kondisi seperti gambar di bawah ini:




Tarif semalam yang kami harus bayarkan sebanding dengan kebersihan, kenyamanan, kerapian, dan desain kamar yang mengagumkan. Dua handuk yang membentuk HATI, peletakan bunga di beberapa tempat, welcome drink dan welcome snack berupa ampyang membuat senyum kami mengembang. Ditambah dengan lapangan basket mini yang ada di dekat pintu masuk membuat saya spontan berkata: "Lengkap sudah suasana hanimun kali ini!" Sebagai penggemar film, kami senang karena tersedia pemutar DVD seperti yang tertera pada keterangan saat melakukan pemesanan online.

Setelah memasukkan pakaian ke lemari dan berganti pakaian santai, kami pun langsung memutar film Fast n Furioust 6 yang sengaja kami bawa dari rumah, dilanjutkan istirahat sejenak, dan main basket bareng istri. Just two of us ... lainnya dilarang ikut...! Hahaha...

Puas bermain basket, kami menyegarkan badan dan menikmati segelas mie instan seraya menunggu hujan reda. Udara dingin mulai menyergap bersamaan turunnya kabut. "Begini seharusnya Kaliurang itu .. adeeemmm..." ujar saya singkat disambut persetujuan dari istri saya. 

Soooo .... setelah hujan reda ... kami pun bergerak menembus tebalnya kabut di sekitar Kaliurang untuk menikmati saci dan poci alias sate kelinci dan teh poci ... untuk 2 porsi sate plus lontong dan 1 paket teh poci untuk 2 orang, kami membayar Rp. 38.000. Kurang kenyang sih .. tapi sudah cukup bagi kami untuk porsi makan malam hari itu. Begini penampakannya...




Selesai makan dan bayar .,, kami kembali ke markas kami ... sesampainya di penginapan ... kami pun melanjutkan dengan sharing pribadi mengenai apa yang masing-masing kami rasakan selama 2 tahun hidup bersama ... penuh cerita seru lho ternyata ... kami mengenang banyak hal yang pernah kami alami bersama.. dilanjutkan dengan menonton Mission Impossible sebelum akhirnya kami tidur bersama ... (iyalaaah...masa tidur terpisah? wkwkwkw .... )

Sekian dulu cerita "oleh-oleh" dari hanimun kami...



Thursday, July 3, 2014

Menghitung Potensi Pendapatan Calo Tiket Transformer 4

Seorang teman melaporkan bejubelnya peminat para pecinta film, mungkin juga ada penggemar robot Transformer di dalamnya, yang rela berdesak-desakan, mengantre, plus berdiri selama berjam-jam untuk mendapatkan tiket Transformer 4: Age of Extinction. Bahkan antrean mengular sampai di dekat parkiran mobil Empire XXI, Yogyakarta, salah satu bioskop yang menayangkan film ini. Total ada 13 kali penayangan dalam sehari, baik film dalam format 2D maupun 3D, disediakan khusus untuk Transformer 4: Age of Extinction.

Namun, ketika saya berada di sekitar lokasi untuk menonton film tersebut, betapa terkejutnya saya ketika dengan terang-terangan para calo menawarkan tiket. Sedikitnya ada tiga orang yang saya lihat ada di dekat tempat pengambilan karcis sepeda motor menawarkan tiket. Menurut seorang teman lagi yang sempat ditawarin tiket oleh salah seorang calo, harga awal dibuka dengan tujuh puluh ribu rupiah. Untuk hari normal, harga segitu berarti dua kali lipat dari harga normal (tiga puluh lima ribu rupiah). Kemarin, dapat info juga kalau harga sempat turun di kisaran 60-65 ribu, atau lebih mahal 25-30 ribu rupiah dari yang seharusnya.

Beberapa berita di surat kabar online menyebutkan bahwa “pasar potensial” atau orang yang akhirnya membeli tiket berharga mahal ini adalah penonton yang sudah terlanjur datang jauh-jauh, terutama dari luar kota. Bisa juga kelompok kaum berkantong tebal, yang datang ke bioskop dengan mengendarai mobil. Mereka tentu tidak masalah membeli tiket mahal karena memang mampu membelinya. Mahalnya tiket bioskop di jaringan 21cineplex, setidaknya dibandingkan beberapa bioskop yang ada di Solo, rupanya membuka “celah” yang dapat dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan besar.

KEMUNGKINAN MENDAPATKAN TIKET

Ada beberapa kemungkinan para calo itu mendapatkan tiket untuk dijual kembali. Pertama, lewat program MTIX. Setahu saya, program ini memungkinkan seseorang membeli 8 tiket sekaligus tanpa harus memberikan data untuk masing-masing tiket yang dibelinya (seperti yang diterapkan untuk pemesanan tiket kereta api). Khusus untuk Transformer, menurut tulisan yang tertempel pada kaca di pintu masuk, setiap orang hanya boleh membeli maksimal 4 tiket. Kemungkinan ini memiliki celah paling besar untuk dimanfaatkan para calon memuluskan usahanya demi mendapatkan keuntungan berlipat ganda.

Kedua, mengantre seperti penonton biasanya, lalu menjual kembali tiketnya dengan harga tinggi. Cara ini kemungkinannya lebih kecil daripada cara pertama. Para calo mungkin masih ada yang rela berdesak-desakan atau mengantre cukup lama, demi mendapatkan keuntungan berlipat ganda. Waktu yang diperlukan dapat dipersingkat jika mengantre di posisi terdepan untuk membeli tiket, bila perlu mendahului jam buka layanan pembelian tiket.

MENGHITUNG POTENSI KEUNTUNGAN
Berdasarkan uraian di atas, saya pun penasaran ingin melakukan kalkulasi mengenai potensi keuntungan yang bisa diperoleh seorang calo. Ada tiga pendekatan yang saya pakai sebagai hitungan:

HITUNGAN PERTAMA
Taruhlah setiap show membeli 8 tiket (kita misalkan pelaku memanfaatkan fasilitas MTIX dengan batas maksimal pembelian tiket setiap orang 4 tiket dan pelaku bekerja tim dengan istrinya sehingga bisa dapat  tiket). Harga tiket untuk hari biasa Rp. 35.000 sehingga total modalnya Rp. 280.000.

Mengingat animo penonton luar biasa, tidak sedikit yang bermobil, maka anggap saja semua tiket laku dengan harga Rp. 70.000. Pelaku akan mendapatkan brutto Rp. 560.000, atau setelah dikurangi modal, akan mendapat untung bersih Rp. 280.000 (untung seratus persen)! Jika berhasil mendapatkan angka yang sama untuk 3 kali jam penayangan saja, maka pelaku dapat membawa pulang uang sebesar Rp. 840.000 per hari!

Anggap saja mereka beroperasi selama seminggu penuh, dengan tiket selalu “sold-out”, maka selama liburan sekolah dan kampus ini, jumlah di atas dikalikan tujuh atau tepatnya senilai Rp. 5.880.000! Anggap saja untuk konsumsi, parkir, pulsa, atau biaya lain2 selama beroperasi menghabiskan Rp. 380.000, berarti masih ada keuntungan bersih Rp. 5.500.000. Lebih dari lumayan!

HITUNGAN KEDUA

Taruhlah setiap show membeli 8 tiket (kita misalkan pelaku memanfaatkan fasilitas MTIX dengan batas maksimal pembelian tiket setiap orang 4 tiket dan pelaku bekerja tim dengan istrinya sehingga bisa dapat  tiket). Harga tiket untuk hari biasa Rp. 35.000 sehingga total modalnya Rp. 280.000.

Tiket akan dijual dengan harga Rp. 70.000, melesetnya tiket hanya laku 5 tiket dengan harga segitu, pelaku akan mendapatkan uang Rp. 350.000. Misalnya pakai dikurangi biaya untuk SMS pesan tiket (setahu saya Rp. 500), minum supaya nggak haus (Rp. 3.000), snack supaya nggak kelaperan (Rp. 5.000), parkir motor (Rp. 2.000) plus biaya lain2, katakanlah semuanya habis Rp. 20.000, masih bisa dapat keuntungan Rp. 50.000.

Masih dengan pengandaian yang sama seperti HITUNGAN PERTAMA, kalau dalam sehari pelaku berhasil menjual 5 tiket saja untuk 3 kali penayangan, maka keuntungan bersih per hari Rp. 150.000. Selama seminggu beroperasi, keuntungan yang diperoleh 1.050.000. Masih lumayan!

Bagaimana dengan tiket sisanya? Sisanya 3 tiket, kalo mau dibanting harga Rp. 45.000 (untung Rp. 15.000) dapat tambahan untung Rp. 30.000. Dikalikan 3 (untuk 3 kali penayangan) dikalikan seminggu lagi, akan ada tambahan lagi Rp. 630.000. Pelaku akan pulang membawa uang Rp. 1.680.000.

Bagaimana kalau tiketnya nggak dijual? Kalo nggak dijual, dipakai nonton berdua sama istrinya, sisanya disedekahin buat orang yang nggak pernah nonton film di bioskop, daripada dibuang itung2 nambah pahala, masih bisa pulang bawa uang Rp. 50.000 plus nonton berdua, tiga kali sehari, selama seminggu penuh. Bisa khatam cerita filmnya!

HITUNGAN KETIGA
Melihat animo yang begitu besar, tetapi ada kemungkinan menurun seiring berjalannya waktu, taruhlah 4 hari pertama 8 tiket yang dipesan sold-out, sementara 3 hari lainnya hanya laku 4 tiket. Untuk 4 hari pertama, 3 kali penayangan (untung Rp. 840.000), maka keuntungan yang diperoleh selama empat hari Rp. 3.360.000. Kemudian untuk 3 hari lainnya, untung setengah dari angka tersebut (karena hanya laku separuh) berarti Rp. 1.680.000. TOTAL keuntungan dengan perhitungan ini Rp. 5.040.000. Dikurang konsumsi, parkir, biaya lain2 … misalnya Rp. 240.000, masih ada sisa Rp. 4.800.000. Masih cukup menggiurkan untuk “pekerjaan sambilan” selama liburan hanya dengan memanfaatkan kegilaan para pecinta film.

*********************************************************************************
Ada yang tertarik mendapat pekerjaan sambilan ini? Mumpung belum diperketat dan mumpung masih liburan lho … hahaha… saya berharap hitungan di atas nggak keliru .. kalo ada yang keliru ya dibetulkan … kalo ada yang bingung … bisa hubungi pihak yang berwajib supaya bisa dijelaskan, atau kontak cak Lontong biar disuruh mikir… hahaha… 

Semoga mencerahkan!


Salam


Bung Widodo

Wednesday, July 2, 2014

Demam Transformer 4: Age of Extinction

Promo Transformer 4

Di tengah suhu politik yang semakin memanas menjelang Pilpres 9 Juli mendatang, geliat para robot yang bertarung dengan seru juga tidak kalah panasnya. Saya menyebutnya: demam Transformer juga sedang melanda negeri ini, khususnya bagi para pecinta film atau penggemar Transformer. Lihat saja bagaimana antusiasme masyarakat terhadap film ini. Tanyakan saja pada penonton yang harus berdesakan mengantre demi mendapatkan tiket Transformer 4: Age of Extinction. Saya akan mengambil contoh untuk daerah Yogyakarta, khususnya di Empire XXI. Meskipun ruangan adem ber-AC, tapi dengan animo penonton yang sangat tinggi, kabarnya sampai di parkiran mobil Empire XXI, akan terasa panas dan sumuk juga. Itulah sebabnya, kali ini saya tertarik untuk menulis sesuatu berkaitan dengan film robot ini.

Pertama, berkaitan dengan genre film kategori REMAJA (R), menurut saya, kategori “R” yang diberikan oleh Lembaga Sensor Film (LSF) sudah pas lah. Film ini nggak terlalu berdarah-darah layaknya The Raid atau film-film action yang sepenuhnya melibatkan “manusia”. Gambaran darah yang muncrat ketika robot-robot bertarung juga nggak terkesan seram, mungkin karena warnanya hijau kali ya... adegan ciuman? Ada sih tapi sedikit sekali...Adegan seks? Nggak ada! Hanya ada pemain utama cewek dengan pakaian seksi (bagian payudara sedikit terlihat) dan beberapa percakapan yang mengarah ke pornografi. Ortu perlu memberi perhatian, bimbingan, atau penjelasan khusus terhadap beberapa hal ini.

Kedua, animo penonton yang begitu besar membuat film ini ditayangkan hingga 13 kali dalam sehari! Menurut situs 21cineplex.com, jam tayang film ini terbagi masing-masing 10 kali (untuk film 2D) dan 3 kali untuk 3D (tiga dimensi). Sayang sekali saya kurang data mengenai studio yang dibuka apakah hanya 2 studio atau lebih yang dikhususkan untuk untuk Transformer 4: Age of Extinction. Animo yang luar biasa! Film ini dirilis pada waktu yang pas, yakni liburan sekolah, liburan kuliah, dan jangan lupa masih ada para karyawan sampai orang tua penggemar film yang tentu tidak akan melewatkan film yang satu ini.

Ketiga, kemudahan memesan dengan MTIX. Program ini sangat menguntungkan karena kita bisa memesan tiket bebas antre. Untuk kondisi normal, member MTIX bisa membeli hingga 8 tiket, tetapi khusus untuk Transformer 4: Age of Extinction, hanya dibatasi 4 tiket saja. Hanya saja proses untuk pendaftaran MTIX maupun reload (menambah deposit) masih perlu perbaikan.

Bayangkan aja ... untuk pendaftar yang sampai lebih dari 25 orang dalam waktu 1,5 jam (pengamatan pada waktu saya mendaftar), hanya disediakan 1 PETUGAS dan 1 PERANGKAT KOMPUTER. Petugas ini, cewek berbaju hitam dengan senyum mengembang dan berparas lumayan, harus melakukan banyak tugas: mendata pendaftar baru, briefing singkat seputar MTIX, menuntun pengisian data, menerima uang deposit awal plus menyimpan berkas (faktur cetakan bukti pendaftaran dan fotokopi KTP). Sementara petugas satunya, cewek berbaju hitam dengan senyum mengembang dan berparas lumayan juga, melayani reload untk MTIX.

Menurut saya, layanan akan lebih baik lagi jika:
*Ada tulisan mana bagian pendaftaran, mana bagian reload (yang sampai kemarin belum ada). Hal ini untuk menghindari orang salah masuk antrian. Kasihan kan kalau sudah 30 menitan ngantre tapi ternyata “salah kamar”?
*Minimal bisa ditambah 1 petugas untuk KHUSUS, setidaknya untuk mendampingin pendaftar baru untuk pengisian data, sekaligus menerima uang deposit awal plus menyimpan berkas (faktur cetakan bukti pendaftaran dan fotokopi KTP). Petugas lainnya (yang merangkap tadi) bisa konsentrasi pada pendaftaran dan briefing singkat. Bisa menghemat banyak waktu karena kalau hanya 1 petugas, secantik apa pun mbaknya, kalau hanya 1 orang dan 1 perangkat komputer ... mesti lamaaaa...

Secara umum ... terdaftar sebagai member MTIX masih menguntungkan dan melegakan karena kita dapat “melenggang kangkung” untuk datang ke bioskop, mengambil tiket yang sudah tercatat sesuai kode pesanan, menunggu waktunya studio buka, dan bisa menikmati film yang kita ingin tonton.

Keempat, tindak tegas para calo! Kehadiran para calo yang menawarkan tiket dengan harga dua kali lipat sangat merugikan para penonton, apalagi buat yang sudah berdesak-desakan, ngantre sekian waktu, tapi harus kecewa karena tiketnya habis lantaran diborong para calo. Saya akan menulis mengenai hal ini secara khusus pada tulisan berikutnya. Untuk kali ini, saya hanya mengharapkan agar manajemen menindak tegas para calo atau setidaknya persempit ruang gerak mereka supaya tidak lagi bisa memanfaatkan keuntungan di tengah “penderitaan” orang lain.

Demam Transformer 4: Age of Extinction rasanya masih akan melanda negeri ini, tak kalah seru dengan Pilpres yang akan segera berlangsung. Setidaknya sampai 13 Juli 2014, animo penonton sepertinya masih tinggi karena kabarnya ada yang mau menonton sampai lebih dari sekali (seperti salah satu teman saya di Jakarta).

Saran saya ada dua. Pertama, tanpa bermaksud promosi, lebih baik jadi member MTIX atau nebeng teman yang sudah jadi member MTIX supaya bisa mendapatkan tiket dengan cara praktis dan bebas antre. Kedua, buat yang berencana menunggu DVD/VCD atau menonton versi bajakan dengan download di internet, lebih baik nonton langsung di bioskop saja. Lebih seru dengan soundsystem yang menggelegar, layar lebar, juga suasana yang asyik, apalagi jika nonton bersama istri ... kalau kedinginan bisaaaa ... beli teh anget dulu (ada angkringan di sekitar Empire XXI) .. hahaha ...


Selamat menonton! 

Rutinitas Rumah Sakit dan Insight "You'll Never Walk Alone" Mengisi Soreku yang Syahdu ...

  Ilustrrasi rumah sakit (Source: www.wphealthcarenews.com) Di tengah suasana sore yang syahdu setelah diguyur hujan deras bercampur angin y...