Friday, August 22, 2014

Menyambut Buku Perdana (DJSM)

Bagi seorang pesilat, biasanya akan senang sekali jika ada kesempatan berduet dengan sang guru yang mengajarinya ilmu silat sekaligus mendidiknya di sebuah perguruan silat. Bagi seorang pemain sepakbola, bermain bersama pemain sepakbola idolanya akan menjadi kebanggaan yang tiada tara. Begitu pula dengan seorang penulis, yang berkesempatan untuk duet dengan orang yang memperkenalkan dirinya pada dunia tulis-menulis.

Bagian terakhir adalah pengalaman pribadi saya. Sungguh merupakan suatu kebanggaan dan kesenangan bila akhirnya naskah buku yang kami beri judul (sementara) Dari Jomblo Sampe Merit (DJSM) dinyatakan LOLOS oleh Penerbit ANDI Yogyakarta. Buku ini merupakan hasil kolaborasi antara saya dengan Eva Yunita, yang akrab dipanggil "Kak Eva" atau "Mak Epha". Bagi saya, Kak Eva lebih dari sekadar pemimpin muda yang dulu pernah menjadi salah satu pemimpin dalam komunitas muda di gereja lokal kami. Kak Eva-lah yang berjasa "menemukan" potensi menulis dalam diri saya serta "menumbuhkan" keyakinan diri saya melakukan aksi nyata lewat tulis-menulis.

Oleh karena ini, sungguh menyenangkan kalau tidak lama lagi buku DJSM dapat terbit dan menjadi semacam "buku panduan" buat anak muda, terutama anak muda kristiani, dalam urusan percintaan (asmara). Memang buku ini kami tulis dengan perspektif kristiani, sesuai dengan keyakinan iman kami dan pengajaran firman Tuhan yang pernah kami terima. Kami berdoa ... kiranya buku ini boleh menjadi berkat dan menaikkan harapan di bangsa ini bahwa masih ada generasi muda yang kehidupan asmaranya beres, punya tujuan (visi), nilai-nilai kebenaran, dan siap menjadi calon pengantin pria dan wanita yang berbeda dari orang muda kebanyakan.

Untuk sementara, saya hanya bisa "membocorkan" isi buku lewat gambar berikut ini. Tunggu ulasan dan cerita seru selanjutnya mengenai DJSM ini. Tuhan memberkati:


(BERSAMBUNG ...)

Wednesday, August 6, 2014

Usulan 3 Gebrakan Tambahan untuk Ignasius Jonan

Artikel ini saya upload melalui akun Kompasiana edisi hari ini. Namun, tidak ada salahnya juga untuk saya upload ulang di blog ini karena mungkin tidak semua blogger tergabung menjadi Kompasianers. Selamat membaca.

Belakangan ini, nama Ignasius Jonan mencuat setelah fotonya ketika sedang terlelap di kursi gerbong KA kelas ekonomi tersebar. Situs www.merdeka.com juga membahas mengenai 5 gebrakan yang dilakukan oleh Jonan sejak menjabat sebagai Dirut PT KAI (bisa dibaca di: http://www.merdeka.com/uang/5-gebrakan-jonan-benahi-layanan-kereta-api.html)
Singkatnya, lima poin yang diulas di situs tersebut sebagai berikut:
1) Jonan menetapkan sistem boarding pass seperti penumpang pesawat terbang
2) Pembelian tiket bisa via online
3) Mempercepat waktu tempuh dengan menyelesaikan proyek jalur ganda (double-track) dan menambah armada (KA)
4) Menghidupkan jalur KA yang sudah mati (non-aktif)
5) Menciptakan suasana bersih, aman, dan nyaman dalam KA

Sebagai pengguna aktif KA sejak kecil, secara pribadi saya mengapresiasi terobosan yang dilakukan oleh Ignasius Jonan selama menjabat sebagai Dirut PT KAI. Beliau melakukan terobosan yang sebelumnya terkesan diabaikan oleh para pimpinan tertinggi di PT KAI. Saya pun merasakan perbedaan tersebut pada dua perjalanan terakhir saya menggunakan jasa kereta api: awal Juli 2013 (KA Malioboro Ekspress dari Malang ke Yogyakarta) dan awal Juni 2014 (KA Argo Lawu dari Klaten menuju Gambir).

Pada dua perjalanan tersebut, sistem boarding-pass sudah mulai diterapkan, tersedianya KA ekonomi ber-AC membuat perjalanan terasa lebih adem, dan terutama kereta api tiba di tempat tujuan sesuai jadwal yang ditetapkan. Jadi, secara umum saya cukup puas dan senang dengan terobosan layanan yang dilakukan oleh PT KAI, semoga terobosan ini bisa terus dipertahankan kelak ketika Ignasius Jonan tak lagi menjabat sebagai Dirut PT KAI.

Namun saya rasa setidaknya masih ada tiga terobosan atau gebrakan lagi yang perlu dilakukan oleh PT KAI, terutama berkaitan dengan kenyamanan saat perjalanan.

Pertama, peningkatan skill oleh para pelayan restorasi kereta api sehingga dapat melayani penumpang dengan lebih baik. Senyum-sapa-salam yang menjadi standar minimal layanan terkait dengan jasa belum jelas terlihat ketika saya menggunakan KA Argo Lawu. Kesigapan pelayan restorasi juga saya nilai masih kurang (nilai 5) ketika menanggapi keluhan dari penumpang (waktu itu saya menanyakan gunting untuk membuka sambal kemasan yang diberikan, tetapi pelayan restorasi menjawab dengan ketus plus tetap tidak ada gunting yang diberikan).

Kedua, pemberian air-minum atau snack setidaknya untuk kelas bisnis dan eksekutif. Untuk tiket KA Argo Lawu seharga 400.000-an tetapi penumpang tidak mendapat apa-apa menurut saya PT KAI masih terlalu pelit.
Sebagai perbandingan, ketika saya bepergian dengan bus EKA dari Solo tujuan Surabaya, harga karcis yang dikenakan kepada penumpang termasuk pemberian air mineral (gelas) plus sekali makan-minum di RM Duta Ngawi. Masa’ untuk memberikan setidaknya segelas air mineral atau sebotol air berukuran 600 ml PT KAI tidak mampu memberikan? Padahal perjalanan yang ditempuh cukup jauh sekitar 9 jam perjalanan dari Klaten menuju Jakarta (Gambir).

Setidaknya … untuk perjalanan jarak jauh, penumpang KA kelas bisnis  diberikan air mineral dan untuk penumpang KA kelas eksekutif ditambah snack (jika dirasa memberatkan, air mineral ukuran 600 ml boleh juga deh) pasti akan lebih mantap lagi. Saya pernah dengar bahwa beberapa waktu sebelumnya (entah tahun berapa), penumpang KA eksekutif jarak jauh masih mendapatkan snack dan air minum.Mengapa sekarang tidak? Rugikah PT KAI jika menyisihkan sebagian keuntungan untuk menyediakan air minum dan snack?

Ketiga, informasi perjalanan kereta api. Pada perjalanan yang terakhir, saya masih sering bingung ketika kakak ipar atau istri saya bertanya: “Sudah sampai mana?” Saya hanya bisa menjawab ketika kereta melintas sebuah stasiun. Itu pun kalau kereta berhenti atau tulisan terbaca dengan jelas karena tidak jarang tulisan nama stasiun terletak cukup jauh dari gerbong sehingga tidak bisa terbaca dengan jelas.

Saya membayangkan betapa asyiknya perjalanan dengan kereta api jika secara berkala melalui pengeras suara disampaikan pengumuman bahwa kereta baru saja meninggalkan stasiun A, lalu diperkirakan dalam waktu sekian menit kereta api akan sampai ke stasiun B. Jika PT KAI mau keluar biaya lagi, informasi tersebut bisa ditampilkan dalam bentuk digital yang diletakkan di setiap gerbong kereta api. Sepertinya sepele, tetapi informasi keberadaan kereta api selama perjalanan cukup penting. 

Salah satu manfaatnya, jika penumpang akan dijemput oleh keluarga di stasiun tertentu, akan bisa memperkirakan jam berapa penjemputan bisa dilakukan. Atau kalau terjadi sesuatu pada penumpang maupun kereta api, keluarga atau kerabat bisa mengetahui keberadaan  dan kondisi teraktual dari penumpang.

Kelima poin di atas ditambah tiga poin ini saya rasa akan semakin membuat masyarakat terpuaskan dengan layanan yang diberikan oleh PT KAI. Bukan demi melambungkan nama Dirut PT KAI (siapa pun yang nantinya menjabat), tetapi demi terselenggaranya moda transportasi darat yang aman, nyaman, dan menyenangkan.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan semoga juga dibaca oleh Pak Jonan. ^.^


Salam,


Widodo

Rutinitas Rumah Sakit dan Insight "You'll Never Walk Alone" Mengisi Soreku yang Syahdu ...

  Ilustrrasi rumah sakit (Source: www.wphealthcarenews.com) Di tengah suasana sore yang syahdu setelah diguyur hujan deras bercampur angin y...