Showing posts with label My Daily Life. Show all posts
Showing posts with label My Daily Life. Show all posts

Tuesday, November 10, 2020

Rutinitas Rumah Sakit dan Insight "You'll Never Walk Alone" Mengisi Soreku yang Syahdu ...

 
Ilustrrasi rumah sakit (Source: www.wphealthcarenews.com)

Di tengah suasana sore yang syahdu setelah diguyur hujan deras bercampur angin yang menumbangkan dua pohon kersen di jalur perjalanan dari rumah menuju rumah sakit … saya mengantarkan Mama saya kontrol rutin. 

Sempat terpikir membatalkan agenda yang sudah saya susun sejak minggu lalu, tetapi saya batalkan niat itu … mengingat kalau sampai batal, proses pemeriksaan dengan BPJS Kesehatan harus mengulang dari awal, yakni dari Faskes I untuk meminta surat rujukan.

Singkat cerita, sambil memastikan dokter masih praktek—syukurlah beliau praktek sampai pukul 18.00—saya pun meluncur ke rumah sakit bersama Mama dengan GoCar, lalu tak sampai 60 menit kemudian sudah sampai ke rumah lagi. 

Kok cepat? Ya, hari ini tidak selama biasanya karena kami datang sekitar jam 4, sedangkan dokter sudah mulai praktek sejak 13.30. Saya sudah bikin perkiraan sekitar jam 4 giliran Mama saya, karena beliau mendapat nomor  antrian 22.

Itu cerita awalnya. Sekarang saya akan lanjutkan dengan pemikiran yang kerap terlintas setiap kali mendekati “Hari-H” pemeriksaan rutin, yang bisa berlangsung 2-3 kali dalam satu bulan. Jujur, terkadang ada rasa malas, juga lelah karena rutinitas ini sudah berlangsung bertahun-tahun. 

“Duh, periksa lagi, periksa lagi. Antri lagi, antri lagi. Bolak-balik RS lagi, bolak-balik RS lagi….”

Suara itu terkadang bergema dalam benak saya. Sesekali terlontar keluar lewat gumaman kecil, terutama ketika fisik sedang lelah dan banyak pikiran karena pekerjaan. Namun, hari ini saya seperti mendapat insight baru, yang rasanya akan saya pakai sebagai “senjata penguat diri” ketika pemikiran semacam itu mulai keluar.


Momen Berinteraksi dengan Orang Lain

Ilustrasi ucapan terima kasih (elizabethivanecky.com)

Ternyata, saya baru “terbuka” dan menyadari bahwa aktivitas keluar rumah secara nyata (bukan virtual atau lewat dunia maya), membuat saya dapat berinteraksi dengan banyak orang, lalu dapat memetik pelajaran hidup dari perjumpaan dan  pengamatan itu!

Misalnya pagi tadi, di tengah kejengkelan karena layanan proses verifikasi data BPJS Kesehatan yang lambat, saya belajar menghargai bantuan seorang perawat yang mau menolong mengurus ulang berkas sebagai persyaratan untuk Rujuk Balik ke Faskes I … karena berkasnya terselip entah ke mana. Memang bagian pemberkasan mungkin salah, tetapi saya menghargai upaya yang dilakukan oleh perawat tadi.

Setelah itu … saya pergi ke ruang fotokopi, lalu merasa terkejut ketika petugas fotokopi menarik Rp. 6.000 untuk biaya fotokopi 15 lembar. Mungkin sedikit mahal, tetapi saya segera menyadari saya tidak sedang hidup pada tahun 2000, dimana fotokopi seharga Rp. 150-200 per lembar masih wajar.

Lantas … sore ini ketika menunggu datangnya mobil GoCar yang kami pesan, saya melihat ketulusan seorang anak yang rela menggendong ayahnya, yang baru saja menjalani kontrol, lalu mendudukkan di sebuah mobil … sebelum ia dan anggota keluarga lain menyusul masuk dan mobil itu melesat pergi. 

Setelahnya, seorang bapak tanpa diminta membantu memegangi kursi roda, sementara saya membopong Mama masuk ke dalam mobil. Saya bahkan belum mengucapkan terima kasih, orang itu sudah pergi ketika saya berkata: “Nanti kursi rodanya dibawa kok, pak!” Artinya …. Bapak ini hampir membantu menepikan kursi roda itu tanpa diminta!

Bertemu dengan Fans Liverpool dan Slogan YNWA

Ilustrasi mobil fans Liverpool (https://www.carousell.sg/p/liverpool-car-decal-209227330/)



Akhirnya, saya cuma tersenyum (ngakak dalam hati) ketika menyadari bahwa mobil yang kami tumpangi ada tempelan khas klub Premier League, yakni Liverpool, lengkap dengan slogan khasnya “YNWA” yang kita tahu punya singkatan “You’ll Never Walk Alone.”

Biasanya, maaf ya fans Liverpool, saya agak gimanaaaa gitu setiap kali membaca atau mendengar slogan itu, tetapi sore tadi ungkapan yang sama seperti bermakna lain. Ya, seperti ada suara dalam hati mengingatkan: 

“Kamu tidak berjalan sendiri, Nak.”

Sebagai orang Kristen, saya paham bahwa Tuhan senantiasa bersama saya. Namun, hari itu saya mendapat insight baru, bahwa saya sedang tidak menjalani kerepotan seorang diri dalam merawat Mama dalam usia tuanya, yang sudah menginjak 71 tahun. 

Ada istri yang selalu mendukung, ada mertua yang setiap hari mendoakan, ada kakak-kakak dengan segala dukungan, dan keponakan-keponakan yang kerap menyegarkan jiwa yang penat dengan segala tingkah polah mereka.

Lalu hari ini … ada orang-orang yang memberi saya pelajaran hidup, juga tentunya fans Liverpool tadi yang dengan sangat baik melayani keperluan kami. Dibuatnya posisi mobil sedekat mungkin dengan teras, sehingga dengan 3-4 langkah, saya dapat membopong dan mendudukkan Mama di kursi roda sebelum mendorong dan memasukkannya. Saya pun membalas kebaikan itu dengan memberinya bintang lima, menuliskan sedikit ucapan terima kasih, dan memberinya sedikit tip. 

Sesekali fans Manchester United berbagi berkat dengan fans Liverpool nggak masalah kan? Hahaha …! Itulah sebabnya juga, saya menggunakan slogan “YNWA” sebagai pelengkap gambar kali ini, meski pembahasan kali ini sama sekali tidak terkait urusan atau rivalitas sepak bola Eropa. 

**** 
Nah ... sekian dulu cerita saya. Semoga dapat menjadi berkat dan memberi insight baru bagi pembaca. Mohon dukungan doanya untuk kesehatan Mama saya, juga agar saya sering mendapatkan hal-hal baru untuk diceritakan terkait aktivitas seputar rumah sakit ini. Mau kan?

NB: Artikel ini telah dimuat di laman Seword.com pada Selasa, 10 November dengan judul yang sama.


Sunday, December 2, 2018

Kebab Ternyata Enak Juga!

Minggu sore (2/12/2018), sekadar melepas lelah dan menyegarkan pikiran, saya bersama istri tersayang spontan  ber-HHS sambil kulineran dengan rute yang dekat-dekat saja. HHS atau Halan-halan Sore (istilah yang bagus kan? Hehehe!) kali ini sengaja kami arahkan di daerah Pedan, Kabupaten Klaten, khususnya di sekitar pasar.

Beberapa kali kami melewati daerah pasar Pedan ini, tapi kami jarang berhenti, juga belum pernah mencoba satupun kuliner yang banyak bertebaran di sana. Padahal, ada cukup banyak “bakul” kuliner, mulai dari PKL, gerobak dorongan, sampai warung dan resto yang berjajar di sekitar pasar Pedan. 

Ibaratnya, asal dompet siap, tinggal pilih mau berhenti dimana sesuai selera masing-masing! Hahaha ...!

Eits, sebelum cerita soal pengalaman nyobain kuliner ala Turki bernama KEBAB, kami sempat captured beberapa view sepanjang jalan yang tampak bagus menjelang matahari terbenam. Langsung saja intip beberapa gambar berikut. Maafkeun kalau gambarnya kurang tajam karena cuma pakai kamera HP yang ala kadanya:

Matahari diasapi (dok.pri)
Bukan Menara Eiffel lho ya (dok. pri)
Segarnya mata lihat pemandangan begini (dok. pri)
After that ... begitu memasuki areal jalan di sekitar pasar Pedan, kami tertarik membaca promo Kebab yang ditawarkan oleh resto “Mister Burger” yang terletak tak jauh dari lapangan di dekat pasar Pedan. Begitu masuk, kami segera pesan kebab yang ori, karena hanya itu satu-satunya menu Kebab yang saat itu tersedia. 

Pinginnya sih nyobain daging domba (lamb) yang tertulis di daftar menu, tapi kata Mbak dan Mas-nya yang jaga ... baru nggak available! Nggak apa-apa deh ... nyobain yang isinya daging sapi juga oke!

Eng, ing, eng ... inilah ... kebab Turki ala kulineran Klaten!

Dua porsi kebab untuk kami berdua (dok. pri)
Yang kuning-kuning itu mayonaise. Cara makannya biar asyik, diiris sedikit-sedikit kayak makan steak itu lho! Jangan langsung dipegang, lalu dilahap ya... karena kenikmatannya bisa berkurang!

Jadi isi dari kebab itu ada daging sapi, irisan acar dan wortel, yang diolesi (istilah saya) “bumbu rahasia” dari yang masak. Hahaha... Daging sapi di dalamnya berukuran lumayan tebal, masih anget-anget pula pas disajikan, jadi semakin maknyusss rasanya!\

Harganya? Relatif terjangkau sih, karena seporsi dibanderol  Rp. 18.000. Kalau dagingnya dirasa masing kurang, atau mau ditambah sesuatu lagi ... bisa kok ditambah telur, sosis, atau keju ... tapi bayar lagi beberapa ribu rupiah. Belum termasuk minum ya!

“Enak nggak?” (lihat saja ekspresi saya ini)
 
Siap menyantap!

Saking enaknya, bro! (dok. pri)

“Parkir? Gimana parkir kena berapa?” mungkin ada yang nanya. Normalnya sih tarif parkir zaman now ya Rp. 2000-an untuk sepeda motor, tapi kemarin kami nggak ditarik parkir sama sekali tuh!

Saran saya ... sebaiknya untuk nyobain makan di sini pakai sepeda motor saja. Kalau pakai mobil, parkirnya nggak bisa persis di depan warung MB-nya karena space-nya sangat terbatas!

Nah, sekian cerita HHS dan kulineran kami. Semoga sukses membuat kalian ngiler ya! Wkwkwkwkw...! (Kalau ngiler berlanjut, silakan tengok saldo di rekening atau ketebalan dompet, lalu segera ke lokasi ya!)

Salam kuliner dari Klaten! 


Friday, November 30, 2018

Jangan Buru-buru Beli Baru! Jas Hujan Anda Masih Bisa Ditambal dengan Cara Ini!

Musim hujan sudah datang ... Salah satu masalah yang sering dialami para pengendara motor alias biker seperti saya adalah jas hujan yang sobek, robek, atau suwek! Biasanya orang yang berpikir praktis akan langsung mengganti jas hujan tersebut alias membeli yang baru.

APAKAH HANYA ITU PILIHANNYA?


Ilustrasi jas hujan sobek (ist)
Nah, masalah ini dulunya juga saya alami ... sampai sebel rasanya karena harus keluarin duit ekstra untuk membeli jas hujan baru.  Namun, akhirnya saya ke klinik Tong Fang ... eh, bukan ding ... saya berkenalan dengan sebuah merk lem ajaib, masalah itu pun dapat teratasi. 

Ini lemnya, yang sangat berjasa saat musim hujan begini tiba. Maaf bukannya mau promosi produk lem, tapi setahu saya cuma lem ini. Hehehe ...


Lem G yang ajaib (ist)
Caution dari saya: Lem ini SANGAT KERAS!

Jadi, Anda perlu berhati-hati saat memakainya. Usahakan jangan sampai kena kulit karena akan terasa sangat panas, nempel sangat kuat, dan susah diilangin (dibersihin)! Buat Anda para pegawai yang harus hadir di kantor dengan sidik jari, jangan sampai kena bagian jari yang Anda pakai untuk finger-scan, nanti bisa nggak terbaca sidik jari Anda. Serius! 

Oya ... lem ini bisa dipakai beberapa kali selama lem di wadahnya belum mengeras. Namun, biasanya lem akan susah menetes dari atas karena bagian atasnya tersumbat oleh cairan lem yang mengeras. Namun tenang, Anda nggak perlu panggil dokter, tukang urut, apalagi sampai panggil Paspampres ...! Hahaha ...

Cukup ambil jarum yang jahit atau benda runcing lain, lalu masukkan ke mulut wadah lem sampai jarum terasa menembus sesuatu. Artinya, sumbatan sudah bolong dan lem siap dipakai lagi. 

****
Sekarang cara pakainya, yang sering saya praktikkan:

Cara Pertama:

1) Buka kardus wadah lem, lalu keluarkan lem dari kardusnya.
2) Buka tutupnya, siapkan jarum dan masukkan dari bagian atas sampai penutup lem (bagian dalam) 
    bolong. Lem siap digunakan.
3) Siapkan jas hujan yang sobek, rusak, atau bolong.
4) Teteskan atau oleskan lem pada tepian bagian yang robek.
5) Rekatkan bagian sebelahnya untuk menutup bagian yang robek atau lubang
6) Diamkan beberapa saat atau tiup-tiup (jauhkan dari mata saat meniup!)
7) Robekan tertambal dan jas hujan siap dipakai. 

Cara Kedua:

1) Buka kardus wadah lem, lalu keluarkan lem dari kardusnya.
2) Buka tutupnya, siapkan jarum dan masukkan dari bagian atas sampai penutup lem (bagian dalam) 
    bolong. Lem siap digunakan.
3) Siapkan jas hujan yang sobek, rusak, atau bolong.
4) Siapkan sobekan kain (bisa dari potongan jas hujan lain) untuk menambal. (seperti nambal ban)
5) Teteskan atau oleskan lem pada tepian bagian yang robek.
6) Rekatkan kain penambalnya ke jas hujan yang robek
7) Diamkan beberapa saat atau tiup-tiup (jauhkan dari mata saat meniup!)
8) Robekan tertambal dan jas hujan siap dipakai.


Ilustrasi jas hujan yang tertambal (ist)
Catatan akhir dari saya ... sebelum mencoba tips ini, pastikan jas hujan kesayangan Anda robekan-nya alias suwek-nya masih belum "keterlaluan" ya. Nah, kalau sudah coba trus berhasil, kasih tahu hasilnya di kolom komentar ya.

Selamat mencoba teman-teman!

Monday, November 26, 2018

Syukuran Bersama para Blogger Yogyakarta ala PAXEL

Selamat datang kembali di blog ini. Maaf baru aktif kembali setelah sekian lama tak mengunggah tulisan. Kali ini saya akan membagikan sedikit "oleh-oleh" dari perkenalan saya dengan "PAXEL", jasa ekspedisi yang lumayan baru dengan konsep yang berbeda. 

Konsep yang langsung dapat terlihat saat "Co-Founder"-nya menyapa langsung para blogger yang diundangnya untuk syukuran sekaligus perkenalan PAXEL di Yogyakarta. Seperti apa? Langsung simak saja ulasannya berikut ini:

****
Apa yang ada dalam benak Anda saat mendengar acara promosi produk atau layanan jasa yang terbilang sebagai “pemain baru”? Istilah “soft-opening”, “grand-opening”, “atau “launching” biasanya kerap dipakai. Bagaimana dengan SYUKURAN?

Itulah istilah yang dipakai oleh Djohari Zein saat menyampaikan sepatah dua patah kata dalam acara PAXEL Blog Gathering Yogyakarta pada Sabtu (24/11/2018). Bertempat di lantai 3 dengan ruangan transparan berdinding kaca ala Ling-Lung Kopi & Eatery, Sleman, DIY, kisah perjalanan bisnis dan kehidupan pribadi Djohari menarik perhatian puluhan blogger yang sengaja didatangkan untuk menghadiri “syukuran” sekaligus perkenalan dari PAXEL.

Dalam pemaparannya, Djohari berkata bahwa para blogger ini dikumpulkan bukan untuk acara promosi, melainkan untuk meminta doanya terkait perluasan cakupan layanan PAXEL yang mulai masuk wilayah Yogyakarta, Solo, dan Semarang. Sebelumnya PAXEL telah eksis terlebih dahulu di wilayah Jabodetabek dan Bandung.

Djohari Zein, Co-Founder PAXEL (keluargahamsa.com)

Apa beda PAXEL dengan layanan ekspedisi lain?

Pertanyaan di atas muncul juga dalam acara tersebut, termasuk saya yang merasa penasaran juga. “Kalau tidak ada nilai lebihnya, ngapain beralih pakai PAXEL?” pikir saya dalam hati. Ternyata pertanyaan saya terjawab lewat pemaparan dari “orang-orang penting”-nya PAXEL.

Menurut penangkapan saya selama mendengar pemaparan tersebut, setidaknya ada empat hal menarik yang coba ditawarkan oleh PAXEL:

PERTAMA, konsep “SameDayDelivery” atau pengiriman pada hari yang sama. Menggunakan aplikasi yang dapat diunduh lewat Playstore atau Google Play, dengan syarat dan ketentuan yang ada, PAXEL berupaya mengirimkan paket SEHARI SAMPAI kepada para pelanggan atau pengguna layanan ekspedisi ini.

KEDUA, biaya kirim paket tidak dihitung berdasarkan jarak (kilometer), tetapi tarif flat berdasarkan standar paket (custom) yang ditetapkan pihak PAXEL. Misalnya, pada masa promosi ini, PAXEL menawarkan kiriman dengan harga Rp. 25.000 saja untuk kiriman area Solo-Jogja-Semarang.

KETIGA, bukti pengambilan dan pengantaran paket. Salah satu prosedur yang diterapkan oleh manajemen PAXEL adalah memotret paket ketika kurir (disebut dengan HERO) mengambil barang dan ketika barang sampai. Si penerima paket (jika bersedia) juga akan difoto, yang selanjutnya dapat dilihat oleh si pengirim paket pada aplikasi PAXEL di gawainya sebagai bukti bahwa kiriman akan sampai.

KEEMPAT, estimasi waktu paket tiba. Jika ekspedisi lain mungkin tak menargetkan pukul berapa paket akan diterima, maka PAXEL mencoba menawarkan pilihan kepada si pengirim, untuk “memperkirakan sendiri” paket akan sampai ke penerima. Hal ini cukup positif karena si penerima paket tak perlu menunggu seharian untuk menerima paket tersebut, seperti yang sering terjadi.


Pengalaman Mencoba PAXEL

Saya sendiri sudah mencoba mengirim lewat PAXEL, sekaligus ingin memanfaatkan “saldo kebaikan” sebesar Rp. 100.000 yang diberikan oleh PAXEL saat men-download aplikasinya. Saya mengirim “bingkisan” yang saya peroleh dari acara tersebut ke alamat kantor.

Barang pun saya terima dengan baik, lengkap dengan foto paket, nama penerima, waktu penerimaan barang, dengan “sejarah pengiriman” yang dapat saya ikuti (telusuri) lewat aplikasi PAXEL di gawai pribadi saya.

Terkejut sedikit saat melihat pengemasan yang rapi, juga kalimat motivasi beserta secarik kartu ucapan terima kasih dari PAXEL, seperti ada di gambar ini:

Oleh-oleh dari kumpul Blogger yang dikirim lewat jasa PAXEL

Ucapan terima kasih dan kalimat inspiratif dari manajemen PAXEL

Jadi, apakah Anda mulai tertarik untuk mencoba PAXEL? Silakan langsung unduh aplikasinya lewat Playstore atau Google Play, dapatkan saldo gratis sebesar Rp. 100.000 langsung, lalu mulailah berpetualang dengan mengirim paket pertama Anda. Jangan lupa setelah unduh aplikasi, masukkan referral code ini ya: widodo1305.

****

Terakhir, saya ucapkan “Selamat!” buat mulai beroperasinya PAXEL ke wilayah Yogyakarta, Solo, dan Semarang. Sukses untuk Bapak Djohari dan seluruh tim dari PAXEL. Semoga masyarakat bisa semakin merasakan kemudahan dalam mengirimkan paket barang, plus merasakan langsung sentuhan kebaikan seperti yang menjadi slogan dari PAXEL.

Sukses buat PAXEL!

Friday, January 8, 2016

Aktivitas Akhir Tahun Kami (4) -Air Terjun Jumog- SELESAI

Menyambung cerita selanjutnya ...setelah urusan kampung tengah selesai, foto-foto bukan pre-wedding di sungai penuh bebatuan, dan sempat ngorok selama 15 menit-an, perjalanan kami lanjutkan ... 
Air Terjun Jumog menjadi destinasi akhir kami dalam rangka mbolang akhir tahun. Destinasi yang murah meriah tanpa mengurangi keasyikan dalam berwisata. Kenapa murah meriah? Jelas lah! Bayangin aja ... akhir tahun (sisa liburan Natal masih berasa), wisata berdua ... kami cuma keluar uang d-e-l-a-p-a-n r-i-b-u r-u-p-i-a-h sodara-sodara setanah air!

Kok bisa cuman segitu? Bisa aja dong!

Rinciannya seperti ini:
* Tiket masuk wisata @ Rp. 3.000 (dikali 2 orang) jadinya Rp. 6.000
* Parkir Rp. 2.000 (tarif normal ... nggak kayak di Telaga Sarangan ...)
* Lain-lain : NOL rupiah!

Lho ... lain-lain kok cuman nol rupiah? Nggak jajan? Nggak makan, nggak minum, nggak nyate kelinci? NGGAAAAK!!!

Alasannya:
* Kami sudah kenyang banget (barusan makan-minum)
* Kami nggak haus ... pengennya sih minum langsung dari air terjunnya :-D
* Kami di sana cuma sebentar, sekitar 30-45 menit...

Eh, nggak juga ding ... sempat tergoda untuk beli sate kelinci karena tergoda makanan khas Tawangmangu itu ... sudah pesan, tapi niat kami pesan 1 porsi ditolak sama penjualnya. Katanya kalau pesan harus 2 porsi alias masing-masing orang 1 porsi (yaelah bu penjual ... kami bukannya mau irit atau nggak punya duit ... tapi memang masih kenyang, jadi ngapain pesan 2 porsi?)

Penolakan dari si penjual tidak mengurangi sukacita dan kebahagiaan kami. Tak lama kami pun sudah terhibur dengan ulah anak-anak yang asyik bermain prosotan di kolam renang anak dengan ukuran prosotan yang cukup lebar 

Oya, selain air terjun yang cukup deras dengan air yang cukup dingin, Anda juga bisa mengajak anak-anak untuk berenang di "lantai" yang sama dengan lokasi air terjun berada. Selain itu, Anda juga bisa jajan makanan kecil, air minum, sampai kudapan beraneka macam yang ada di sekitar lokasi wisata.

Namun manfaat terbesar adalah Anda bisa melatih otot kaki, kekuatan jantung dan pernapasan, plus melatih kemampuan matematika saat menaiki dan menuruni anak tangga yang katanya berjumlah 116 anak tangga. Nah, omong-omong soal anak tangga ini jumlahnya nggak jelas. Saya coba menghitung saat turun jumlahnya sekitar 108 anak tangga, trus pas naik lagi malah jadi 112 anak tangga (yang 4 kapan buatnya ya? Hahaha...). Mungkin ada anak tangga berukuran kecil yang terlewat untuk dihitung atau saya anggap gundukan biasa, jadinya jumlah anak tangga nggak genap 116 seperti yang ada di gapura ini:
Awal mula turunan 116 anak tangga

Ucapan selamat setelah anak tangga ke-116
Oya, sebelum lupa mau informasikan untuk harga tiket per akhir Desember 2015 lalu sbb:
*Hari biasa: Rp. 3.000 sekali masuk
*Minggu or weekend : Rp. 5.000 sekali masuk

Sementara untuk harga sate per porsi kalau nggak salah ingat Rp. 10.000 per porsi (sate kelinci) dan Rp. 8.000 (sate ayam). Ingat ... kalau saya nggak salah ingat lho ya ... kalau keliru silakan ditanggung sendiri ... wkwkwkw...
Untuk lokasi parkir dan pintu masuk ... sebenarnya ada dua. Wisatawan bisa masuk dari atas maupun dari bawah. Nah, bagi Anda yang ingin merasakan sensasi turun-naik 116 anak tangga tadi, sambil bercanda atau ngobrol sama istri/suami, anak, atau keluarga plus ngitungin anak tangga ... silakan masuk lewat atas (jalur utama).

Naaaah .. buat Anda yang merasa malas untuk naik-turun tangga sebanyak itu (banyakan mana sama anak tangga Grojogan Sewu?) ... Anda bisa masuk dari jalur yang satunya lagi, trus parkirlah kendaraan bermotor Anda di sana. Untuk jalur "bawah" Anda tinggal jalan beberapa meter, langsung ketemu kolam renang dan air terjun ... 
Nggak seru sih, tapi bisa dimanfaatkan juga buat yang membutuhkan, apalagi kalau Anda bermasalah dengan lutut, jantung, atau baru berantem sama pacar jangan lewat anak tangga deh ... ntar ribut trus pacarmu dijorokin ke bawah bisa luka-luka nanti ... :-p

Sebelum menutup rangkaian tulisan kali ini ... saya akan menyampaikan biaya yang kami perlukan untuk menyelesaikan rute mbolang akhir tahun yang entah kapan akan kami ulang ini:

1) BBM (isi dua kali) : Rp. 37.000
2) Parkir di Telaga Sarangan : Rp. 5.000
3) Sewa speedboat : Rp.60.000
4) Beli oleh-oleh : Rp. 30.000
5) Parkir di Warung Bu Ugie-Griya Tawang-Jumog : Rp. 6.000
6) Es jeruk nipis di Sarangan : Rp. 10.000
7) Makan siang di Griya Tawang : Rp. 53.000

Itung sendirilah totalnya berapa .. ya kira-kira 200 ribuan lebih sedikit dengan opsi yang bisa dicoret (tidak harus ditiru) pada poin 3, 4, dan 6. Kocek harus dirogoh lebih dalam kalau memang Anda hobi makan karena sepanjang perjalanan dan tempat wisata, apalagi berhawa dingin ... bawaannya lapaaarrr melulu sehingga kalau nggak menahan diri, anggaran bisa jebol dan istri Anda bisa marah-marah tuh ... hahahaha ...

Finally ...

Saya mau cerita hal penting yang menjadi bagian tak terpisahkan dari mbolang akhir tahun 2015 ini. Sejak semalam sebelumnya, pagi sebelumnya berangkat, sepanjang perjalanan, selama di lokasi wisata dan peralihan menuju lokasi wisata lainnya ... kami nggak henti-hentinya BERDOA!
Kami sih cuman minta satu hal ke Tuhan semesta alam, yang kami kenal dalam nama Yesus Kristus, yakni supaya tidak ada hujan turun sedikit pun sebelum kami menyelesaikan seluruh agenda kami.
Doa kami pun terjawab! Sempat agak mendung dan kabut turun agak tebal sih, tapi nggak ada hujan ketika kami on the way ke Telaga Sarangan maupun kembali ke Tawangmangu. Hujan pun baru turun setelah kami selesai semua dan dalam perjalanan pulang, tepatnya sekitar 5-10 menit sebelum masuk kota Karanganyar.
God is good bro n sis!

Berikut oleh-oleh fotonya dari kawasan air terjun Jumog. Maaf kalo kami nggak nampilin foto-foto di sekitar lokasi wisata, termasuk kolam renangnya karena baterai dan power bank sudah habis :







Sekian. Sampai jumpa di tulisan berikutnya ...
Daaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa .....

Aktivitas Liburan Akhir Tahun (3) -Griya Tawang Resto-

"Paa .. nanti mampir di situ ya!" kira-kira begitu permintaan istri saya ketika sepeda motor yang kami kendarai melewati Griya Tawang Resto. Permintaan yang sukar saya tolak karena saya pun merasa penasaran dengan tempat tersebut.
 
Akhirnya (melanjutkan cerita bagian ke-2) ... setelah melewati jalanan yang adem-berliku-naik-turun dengan pemandangan indahnya, kami pun mampir ke Griya Tawang Resto untuk menyelesaikan urusan "kampung tengah" seraya beristirahat. Sempat sih kami mampir ke warung sop Bu Ugie yang katanya legendaris itu, tapi ternyata menu andalannya habis ketika kami sampai di sana. Keputusan untuk pindah tempat makan yang tidak kami sesali karena nantinya kami bisa bersantai di Griya Tawang Resto.

Sedikit saya beri ancer-ancer letak tempat makan yang asyik ini. Jika Anda bergerak dari atas (dari arah Cemoro Sewu) turun menuju ke arah kota Karanganyar, setelah berkendara sekitar 10-15 menit (kalau nggak salah lho ya...) nanti di sebelah kanan Anda akan menemukan resto tersebut. Tepatnya, Griya Tawang berada diJalan Raya Tawangmangu Km. 34 Kalisamin, Desa Ngeblak, Sumokado-Karanganyar
 
Resto dengan konsep alam ini cukup menyegarkan mata, pikiran, dan juga tubuh (terutama kalau Anda nyebur sekalian ke sungai yang ada di areal resto). Oya, resto ini sebenarnya merupakan bagian dari penginapan, yang dilengkapi juga dengan fasilitas permainan outbond.Namun hari itu, kami bukan mau menginap, apalagi outbond, tapi ingin mengisi perut sambil menikmati suasana alam.

Begitu masuk daerah parkiran ... seorang bapak tua menyambut dengan begitu ramah dan mempersilakan kami masuk dan menunjukkan tempat kami dapat memesan makanan. Kami pun menyapa petugas yang ada di bagian front-office (kalau boleh pinjam istilah perhotelan), lalu bergegas menuju ke salah satu gubug yang terletak agak di bagian atas.

Sayup-sayup kami mendengar gemericik air, yang membuat kami tak sabar ingin segera mencelupkan kaki (dan berfoto!) sambil menantikan makanan disajikan. Setelah membolak-balik daftar menu, kami pun memutuskan untuk memesan nasi goreng, coklat panas, teh tarik panas, dan paket mendoan (yang akhirnya harus diganti bakwan karena mendoan habis) ...
 
Harganya? Relatif murah sih untuk tempat yang asyik kayak gitu. Untuk nasi goreng dibanderol 15 ribuan, minuman 5 ribuan, dan gorengan 8 ribuan (kalau nggak salah isinya 5 potong) MASIH DITAMBAH pajak sebesar 10% yang ditanggung oleh konsumen.
Sambil menunggu makanan-minuman disajikan .. kami segera beraksi dan menguasai areal sekitar sungai yang dipenuhi banyak batu besar dengan gemericik air yang menyegarkan pikiran.

Puas berfoto, kami pun menyantap hidangan "ala desa" yang kami pesan. Selesai makan ... karena masih terasa capek, ditambah angin semilir yang bertiup membuat mata saya mengantuk. Saya pun menyempatkan diri untuk tidur siang selama beberapa menit untuk mengembalikan kondisi tubuh.
Bukannya apa-apa ... setelah ini masih ada 1 lokasi yang harus kami tuju ... dilanjutkan pulang ke rumah dengan jarak sekitar 1-1,5 jam mengendarai motor.
 
Sambil masih terkantuk-kantuk ... mata saya segera melek begitu tahu nominal yang harus dibayarkan...nggak begitu mahal sih, cuman bisa bikin mata melek aja...hahaha...
After that ... setelah membayar parkir ... kami langsung capcus meluncur ke lokasi wisata selanjutnya yang terletak di daerah Tawangmangu juga ... yaitu ... air terjun Jumog ...!!!
 
Nantikan ceritanya di tulisan selanjutnya ...silakan menikmati dulu kompilasi foto-foto jepretan kamera dari ponsel Andromax C2 New (uuppss...nyebut merk .. dibayar berapa ... hahaha...)










Monday, January 4, 2016

Aktivitas Akhir Tahun Kami (2) -Telaga Sarangan-

Seperti saya janjikan pada postingan sebelumnya, kali ini saya akan berbagi mengenai aktivitas akhir tahun kami, tepatnya ketika kami mbolang ke daerah Magetan via Tawangmangu. Mbolang adalah istilah yang kami pakai terinspirasi dari acara Bocah Petualang (Bolang), sehingga kurang lebih arti dari mbolang nggak jauh dari berpetualang atau istilah sekarang touring.

Rencana ini kami susun begitu mendadak ... bahkan nggak sampai 1x24 jam sehingga kami nggak harus lapor Polsek setempat karena nggak ada yang hilang..hehehe...Tapi beneran, untuk mbolang akhir tahun ini kami begitu cepat membuat rencana dan keputusan untuk capcus meluncur ke TKP. Tak lupa kami berdoa supaya hujan tidak turun seharian (kalo boleh) atau paling nggak setelah kami selesaikan semua tujuan perjalanan mbolang kami.

Tepat pukul 07.35 kami berangkat dengan Supra X 125 cc dari rumah kami di daerah Delanggu City, kota kecamatan yang masih termasuk daerah administratif kab. Klaten. Rute yang kami rencanakan untuk dilewati bukanlah jalur utama --seperti jalur Kartasura-Solo-Palur-Karanganyar--tetapi rute: Delanggu -> Pakis (kanan) -> Solo Baru -> Bekonang -> Karanganyar - Tawangmangu -> Cemoro Sewu -> Telaga Sarangan.

Kami senang sekali karena rute ini terbilang cukup lancar, nggak banyak traffic light, pemandangan hijau menyegarkan mata, dan tentu saja relatif lebih cepat daripada jalur utama. Kami juga punya konsep "jalan santai" karena memang nggak terlalu memburu waktu, apalagi memburu uang. Jadi setiap ada spot yang menurut kami bagus .. kami akan berhenti dan tentu saja ... foto-foto!
Setelah sekitar 1 jam lebih menyusuri rute Delanggu-Pakis-Solo Baru sampai ke daerah wisata Tawangmangu, spot pertama kali untuk berhenti adalah titik awal memasuki jalur Cemoro Sewu menuju Magetan. Orang bilang daerah ini cukup seru dengan tanjakan yang menantang, tapi udaranya segar.
Tanpa ragu kami pun melewati daerah tersebut dan berhenti karena melihat ada pemandangan bagus sekalian beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan. Nih gambarnya:

 

 

 

 



Lanjut! 
Tak lama kemudian, sayang sekali saya lupa mencatat berapa kira-kira jaraknya berapa km, kami meluncur ke menuju Sarangan dengan menikmati segarnya udara. Kabut kadang-kadang turun dengan begitu cepat sehingga semakin menambah dingin udara yang semakin membuat perjalanan kami menyenangkan.
Kami pun berhenti lagi begitu memasuki wilayah Magetan. Rekor kami pun tercipta karena untuk pertama kalinya kami mengendarai sepeda motor memasuki daerah Jawa Timur! Nih gambarnya:


Sebelum lupa ... saya mau menuliskan mengenai keheranan kami sejak memasuki daerah wisata Tawangmangu. Ada cukup banyak orang berdiri atau duduk di pinggir jalan sambil melambaikan tangan dan "mengajak mampir". Semula kami kurang ngeh mengenai ajakan itu, tapi belakangan kami baru nyadar kalau mereka menawarkan penginapan.

Katanya cukup banyak juga lho penginapan yang melayani sewa kamar short time alias nggak harus nginap, bisa 1-2 jam saja dengan biaya yang relatif murah. Katanya juga lho ... tawaran ini cukup menggiurkan dan biasa dimanfaatkan oleh anak muda yang sedang dimabuk asmara tapi kurang bisa mengendalikan diri untuk ngamar bersama kekasihnya sebelum sah menjadi suami-istri... (nah lo!)

Hmmm ... kayaknya orang muda kayak gini perlu baca buku DJSM nih :-p 
Sayang sekali kami nggak ada waktu untuk nginap sekadar untuk melepas lelah dan membasuh badan karena kami menargetkan harus kembali ke Tawangmangu maksimal pukul 1 siang... jadi lambaian tangan mereka kami sambut dengan senyuman dan cekikikan karena kami bahas tingkah mereka dengan sudut pandang yang lain. Gimana tuh maksudnya? Ada deh ...yang jelas bisa bikin kami tertawa senang :-D

Nah di samping senang melihat pemandangan hijau yang menyegarkan mata dan pikiran .. kami juga was-was sepanjang melintasi jalur Cemoro Sewu menuju Telaga Sarangan. Kami melewati jalan dengan keadaan kanan-kiri ada tebing berpasir, berbatu-batu, dan deretan pohon yang (katanya) sewaktu-waktu dapat longsong dan tumbang ke arah jalan raya!

Beberapa peringatan memang terpasang di sepajang jalan agar para pengendara berhati-hati dan memastikan keadaan aman sebelum melintas. Sooo ... sambil menikmati keindahan alam .. mata kami juga tak lepas dari kewaspadaan jika sewaktu-waktu ada peristiwa tak terduga karena sesekali kami juga lihat ada pohon sudah menggantung di bibir tebing, bahkan ada yang sudah bersandar ke "temannya" yang menandakan kalau pohon itu sudah nggak sehat dan siap tiduran di jalan kapan saja...

BERDOA adalah jalan terbaik supaya tidak hujan dan tidak ada tanah, batu, atau pohon yang berulah sepanjang kami melintas jalanan tersebut (kami juga berharap seterusnya aman karena ada banyak pengendara melintas di jalan tersebut...

Catatan khusus dari saya:

Sebelum melintas jalan ini, ada baiknya Anda memastikan sepeda motor dalam kondisi bugar, terutama bagian rem dan rantai (buat yang non-matic), trus buat motor matic perlu perhatikan timing yang tepat kapan nge-gas kapan nge-rem karena tanjakan cukup panjang dengan durasi agak lama. Kondisi juga perlu FIT dan kalau ngantuk sebaiknya minggir dulu buat menyegarkan mata dan badan. Konsentrasi dan kewaspadaan diperlukan karena meleng atau lengah sedikit bisa berakibat fatal.

NAH ... setelah melewati jalan yang berliku-liku, mendaki gunung lewati lembah ... tibalah kami di kawasan wisata Telaga Sarangan. Selain lambaian dari para "calo penginapan" kami pun disambut dengan jalan menurun yang cukup tajam sehingga membuat tangan dan kaki agak pegel memainkan rem dan gas.

Tanpa babibu..haheho..hahahihi lagi ... kami segera masuk ke lokasi (bukan slulup di telaga lho ya...) lalu mbayar retribusi Rp. 20.000 dan memarkir sepeda motor. Sekitar pk. 10.30 kami tiba di TKP dan kami bergegas masuk menuju telaga yang terkenal itu.

WUIH...!!! RAMENYA REK!!!

Begitu kesan pertama yang muncul dalam hati saya. Ya eyalah .. namanya tempat wisata bekan, apalagi masa liburan ya, pasti rame lah..! Hehehe.. Kami pun berkeliling sejenak sebelum tergoda mencoba naik speedboat setelah melihat banyak speedboat berseliweran melintasi telaga.

Tanpa banyak nawar (meskipun setelah dipikir terasa mahal juga!!!) kami segera DEAL dengan tukang speedboatnya untuk sekali putar seharga 60.000 rupiah!!! Kami bergegas naik, sambil berpesan: "Pak, jangan ngebut-ngebut ya!" karena selain ngeri kalo sampai meliuk-liuk gitu, eman-eman juga kalau bayar segitu cuma sebentar. Nggak takut banget sih, tapi gimana juga kalo kami nggak pakai rompi (pelampung), kalo kecebur kan bisa gawat!

Setelah kurang dari 15 menit berkeliling, sambil mengambil foto di depan tulisan TELAGA SARANGAN biar sah fotonya, kami menepi dan melanjutkan mencari spot foto yang pas. Selanjutnya, sambil berjalan menuju parkiran kami membeli oleh-oleh dan segelas es jeruk peras untuk menyegarkan tenggorokan.

Lha kok cepet? Bingung mau ngapain lagi lama-lama di sana ... lagipula kami harus segera balik sebelum pk 12.00 karena masih ada dua tempat yang mau kami kunjungi. Bergegas kami menuju parkiran sambil mengambil beberapa rekaman kondisi sekitar telaga, dan mengambil motor ... kami pun terkejut ketika mengetahui tarif parkir ditarik 5000 rupiah dan tiket retribusi yang diberikan petugas tadi cuma senilai 10.000 rupiah (padahal tadi ditarik 20.000 rupiah!).

Segera saya mbatin : "Wah, penyakit petugas retribusi dan petugas parkir ada juga di tempat ini. Ke mana tuh sisanya yang 10.000 ... tarif parkirnya juga kemahalan!" Jujur saya masih nggak terima dengan model cari keuntungan pribadi dengan cara "memeras" orang lain kayak gini... (saya bisa nebak seandainya kemarin diminta karcis senilai uang yang dibayar, kalau nggak mukanya masam, cemberut, ya menjawab dengan nada tinggi)

Okelah forget it ulah oknum yang kebangetan itu ... kami harus segera kembali menyusuri jalan yang tadi untuk kembali ke Tawangmangu. Kami berhenti sebentar di dekat telaga untuk membeli bensin eceran (untuk jaga-jaga daripada kehabisan di tengah jalan), hampir tidak kuat menanjak karena sempat berhenti tapi akhirnya lolos juga, dan segera meluncur menuju Tawangmangu ...

Kami sempat merekam suasana perjalanan untuk menambah keseruan kami hari itu ... mumpung lewat jalan yang asyik begini dan nggak tahu kapan lagi lewat sini, jadi direkam aja deh ...



Pokoknya seru deh...!!! :-D

Sedikit catatan akhir dari saya sebelum mengakhiri catatan perjalanan ini :

1) Sebelum mbolang, pastikan sepeda motor dalam kondisi fit
2) Sebelum mbolang, pastikan pengendara dan yang dibonceng juga fit
3) Kalau ngantuk minggir sebentar, jangan dipaksakan karena bisa fatal akibatnya.
4) Selalu berhati-hati dan waspada selama berkendara
5) Sebaiknya jangan buru-buru karena ada banyak hal yang bisa dinikmati selama perjalanan, bukan hanya
    lokasi wisata
6) Jangan ragu meminta tiket (karcis) senilai dengan retribusi yang Anda bayar
7) Sebelum membeli oleh-oleh atau makanan-minuman, tanya harga di awal (kalau dirasa mahal, jangan
    paksakan membeli kecuali kepepet)
8) Berdoalah sebelum, sementara berada di jalan, dan sebelum pulang, terutama doakanlah agar cuaca baik
    (tidak hujan dan tidak mendung) supaya pemandangan bisa maksimal tertangkap mata dan tersimpan
    dalam kenangan

Berikut foto-foto yang berhasil kami ambil selama di Telaga Sarangan:











Bersambung ke tulisan berikutnya ya :-D


Thursday, December 31, 2015

Aktivitas Akhir Tahun Kami (1)

Setelah lebih banyak ngendon di rumah sejak libur Natal dimulai ... akhirnya kami sempat juga refreshing untuk menutup tahun 2015 dengan dua cara: nonton film dan mbolang! Film IP Man yang sudah ditunggu-tunggu sejak lama menjadi pilihan kami dan Telaga Sarangan plus wisata air tejun Jumog-Tawangmangu menjadi pilihan kami kali ini. Kami? Ya! Siapa lagi kalau bukan saya bersama istri tercinta! ^.^

Poster Ip Man 3

Serunya IP Man 3

Sejak nonton Ip Man 1 dan Ip Man 2, kami sangat menunggu kehadiran Ip Man 3 yang kabarnya lebih seru dari dua film sebelumnya. Apalagi kali ini Ip Man akan bertarung melawan Mike Tyson, mantan jawara tinju jelas dunia pada masa lalu, makin menambah daya tarik kami untuk menonton filmnya.

Makaaaa ... begitu tahu film akan dirilis per 24 Desember 2015, kami segera ancang-ancang buat nonton. Awalnya kami rencana nonton tanggal 28 Desember, tapi akhirnya dipercepat 2 hari karena sudah nggak sabar. Sooo ... begitu istri pulang dari Jogja, kami bergegas siap-siap untuk melaju ke Solo Baru biar nggak telat karena kami cuma punya waktu 50 menit!


Sekitar pk. 18.15 menurut jam dinding ruang tamu, kami meluncur ke mall The Park dengan rute favorit Delanggu-Pakis-Daleman-Dr. Oen-Solo Baru. Sekitar pk. 18.55 kami sampai parkiran--karena jalanan agak rame--kami bergegas naik ke TKP dan terkejut melihat antrian yang lumayan banyak: 4 orang! Kami lebih melotot pas ngelihat jam udah nunjukin pk. 19.00 lebih beberapa detik pas kami ngantri tiket. 

Kesabaran kami pun diuji melihat "kelakuan" para pengantre tiket di depan kami. Dua orang pertama agak lama karena mereka pakai kartu debet/kredit (semacam itulah!) sehingga mbak kasir perlu waktu beberapa saat untuk melayani mereka.Satu lagi ... waktu udah nunjukin pk. 19.03 lebih beberapa detik .. kelakuan pengantre karcis di depan kami agak aneh lagi: belum nentuin mau nonton apa alias nanya yang kosong film apa! Udah gitu masih pakai telponan lagi sama temannya yang mau ikutan nonton.. (Huh!)

Untungnya nggak terlalu lama ... tapi tetap aja makan waktu ... kami pun berada di barisan terdepan tepat pk. 19.08 lebih beberapa detik dan kaget setengah hidup melihat gambar deretan kursi sudah hampir merah semua! Untuk kursi yang memungkinkan kami berduaan (duduk dempetan alias sebelahan), cuma ada di baris L,M,N dengan baris berada di baris ketiga dari layar!

Setelah sedikit berdiskusi cepat ... kami memutuskan beli tiket untuk baris L. Nggak apa-apalah agak ke depan dan agak ndongak sedikit, plus telat selama 10 menit, daripada nggak nonton sama sekali! Sambil setengah berlari (silakan ngebayangin gimana caranya), kami mencari studio 5, lalu masuk dan bergegas menuju kursi yang ada. Kami melewatkan film sekitar 10 menit dan mulai menonton pas adegan Bruce Lee menendang air (nggak apa-apalah ... lumayan cuma telat 10 menit daripada 30 menit..hehe...)


Trus ... 94 menit berikutnya kami segera larut dalam adegan demi adegan yang ada di hadapan kami. Tak lupa kami asyik dengan cemilan dan minuman yang sudah disiapkan dari rumah. Asyik!

Meski agak kecewa karena Tyson bukan lawan terakhir Ip Man, tapi secara keseluruhan kami menilai Ip Man 3:

*Keren!
*Dramanya bagus!
*Mengaduk-aduk emosi (terutama pas Ip Man melayani istrinya)
*Dapat rhema untuk bekal memasuki 2016 yang akan segera tiba 

Puas rasanya nonton meski agak telat (ini yang kadang masih kami sesali) ... tapi nggak apa-apa deh ... besok kalo ada niat bisa diulang lagi nonton dari awal...


Salam Wing Chun!

*Selanjutnya ... selang 3 hari kemudian setelah melewati Minggu dan Senin ... kami pun mbolang alias berpetualang ke daerah Magetan dan Tawangmangu. Seperti apa keseruannya? Simak postingan berikutnya ... kemungkinan kami rilis awal Januari 2016)

Selamat menyambut tahun baru. Tuhan memberkati


Wednesday, June 24, 2015

Ketahuan Deh...! ^.^

Sekadar ingin berbagi keseruan yang kami alami kemarin malam dan pagi ini. Ceritanya, saya sengaja merahasiakan tempat membeli kado buat istri saya yang kemarin ulang tahun, juga harganya, meskipun akhirnya nanti akan tercatat di catatan keuangan bulanan kami.

Berkali-kali ditanya istri, saya hanya menjawab "rahasia". Catatan keuangan sementara di HP pun saya tulis:

"Beli kado: sewu." (just kidding)

Malam itu, pembacaan Alkitab rutin di gereja lokal kami sampai pada Lukas 8, yang salah satu ayatnya berkata: "Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan."

Sambil bercanda, saya nyeletuk, "Tenang aja, pasti terungkap kok rahasianya."

Nggak sangka kalau ayat itu “digenapi” cepet banget... nggak sampai sampai 12 jam kemudian! Rahasia yang tersimpan rapi semalam, pagi ini terbongkar dan diumumkan. Semuanya gara-gara saya lupa memusnahkan barang bukti alias nota yang terjatuh dari saku celana, dan ditemukan ketika istriku sedang menyapu lantai!

Cuma bisa tersenyum ketika pagi ini membuka BBM dan ada kiriman NOTA pembelian, yang menyebutkan sejelas-jelasnya harga barang dan tempat membeli barang tersebut.

Kena deh...! Ketahuan! Hahaha...! Hepi besdey my lovely wife!


PESAN DARI PERISTIWA INI:
Wahai para suami, jangan sembunyikan sesuatu dari istrimu. Kalau Tuhan sudah “membuka”, pasti ketahuan deh. Mending ngaku atau bertobat segera sebelum ketahuan...

Hadiah buat istri tercinta ^.^

Friday, June 5, 2015

Pengampunan Senilai Tujuh Belas Ribu Rupiah


Ilustrasi penutup knalpot Vario

Mungkin Anda terkejut, penasaran, dan bertanya-tanya mengenai judul tulisan ini. Apalagi melihat gambar di atas kok ada penutup knalpot. Maksudnya apa sih? Sebegitu murah kah nilai sebuah pengampunan, sehingga tak sampai 2 dollar Amerika dengan kurs per hari ini? Tenang ... tenang ... baca dulu kisahnya sampai tuntas, barulah boleh menyimpulkan ...

Ceritanya bermula ketika saya bersama istri berhenti di toko roti yang ada di daerah Jalan Sudirman, Yogyakarta. Setelah memarkir sepeda motor, merk Honda dengan tipe Vario Techno, kami pun masuk ke dalam toko untuk memilih-milih roti. Sekadar informasi, toko roti tersebut memang punya tempat parkir yang terbatas dan cukup sempit, dengan dijaga oleh dua orang satpam yang nampaknya merangkap sebagai petugas parkir.

Tak ada firasat apa pun sebelumnya bahwa akan terjadi sesuatu. Setelah selesai berbelanja, sekitar 20-an menit, kami pun berjalan menuju parkiran sepeda motor. Saya agak terkejut melihat ada 3 orang terlihat berkumpul hingga menutupi sepeda motor yang kami pakai.

"Maaf permisi, saya mau ambil motor," ucap saya sambil tersenyum. Saya masih belum ngeh apa yang sebenarnya baru saja terjadi.

"Owh, ini motornya mas..." jawab salah seorang pria yang berbadan tegap dengan potongan agak cepak.

Tak lama kemudian, saya mendapat informasi lebih jelas bahwa si pria berambut cepak tadi baru saja memarkir sepeda motornya tepat di sebelah kanan sepeda motor kami. Mungkin karena terburu-buru, ia tidak memperhitungkan space parkiran yang agak sempit. Ia terlalu mepet ke kiri ketika membelokkan sepeda motornya, sehingga bagian pijakan boncengan sebelah kiri menyangkut penutup knalpot yang terbuat dari plastik hingga terlepas. Skrupnya patah dan tak bisa dipasang lagi.

Singkat cerita, kami pun terlibat dalam percakapan singkat mengenai solusi dari masalah tersebut. Lewat obrolan itu, saya mengetahui bahwa pria tersebut ternyata polisi yang bertugas di daerah kabupaten di DIY. Namun, mungkin karena menyadari kekeliruannya, ia bersikap amat koorperatif dan menanyakan pada saya akan diselesaikan dengan cara bagaimana.

Semula ia mau tukeran nomor HP, tapi saya rasa akan lebih ribet nanti urusannya, ketemunya juga akan susah. Maksudnya sih baik, kalau nanti penutup knalpotnya sudah diganti, bisa kontak dia. Akhirnya, kami sepakat untuk dia memberikan sejumlah uang untuk mengganti penutup knalpot tersebut.

Ia lalu mengulurkan dua lembar uang pecahan dua puluh ribu dan lima ribu rupiah, sambil beberapa kali meminta maaf atas kejadian tersebut. Saya pun menerimanya dan segera pergi dari tempat itu. Jujur saja kami memang tidak tahu berapa harga penutup knalpot baru, baik yang orisinil atau yang KW, sehingga uang itu saya anggap cukup untuk menggantinya.

Dua hari kemudian, saya baru sempat pergi ke bengkel untuk membeli penutup knalpot baru. Mau tahu harganya? Empat puluh dua ribu!!! Saya pun segera teringat dengan uang dua puluh ribu rupiah yang diberikan oleh "Mas Polisi" tadi.

Sempat sebel juga karena uangnya kurang. "Seharusnya saya minta lima puluh ribu rupiah," batin saya. Namun, gerutuan saya mereda ketika saya merasa ada suara dalam hati mengingatkan saya untuk mengampuni.

"Baiklah, Tuhan, saya ampuni orang itu dan tak lagi mempermaasalahkan uang tambahan yang harus saya keluarkan. Toh Engkau sudah memberkati dan menyediakan sehingga saya bisa langsung membayar penutup knalpot itu tanpa harus meminjam uang," ucap saya.

Akhirnya ... saya pun merasa damai sejahtera lagi.

Nah, dari peristiwa itulah istilah "Pengampunan Senilai Tujuh Belas Ribu Rupiah" saya dapatkan. Semoga cerita ini bisa menjadi berkat bagi pembaca sekalian.

Tuhan memberkati

Rutinitas Rumah Sakit dan Insight "You'll Never Walk Alone" Mengisi Soreku yang Syahdu ...

  Ilustrrasi rumah sakit (Source: www.wphealthcarenews.com) Di tengah suasana sore yang syahdu setelah diguyur hujan deras bercampur angin y...