Friday, June 24, 2016

Mengenang alm. Yusak Tjipto (12 Maret 1935-23 Juni 2016)

Pak Yusak dan Bu Iin Tjipto
Pukul 05.30 ... tepat pada hari ulang tahun istri saya ... dalam bus pariwisata ...

Mata saya masih ingin terpejam karena masih mengantuk. Rasa lelah masih menggelayut di badan karena perjalanan jauh yang sedang kami tempuh dari Bali pada pukul 13.30 sehari sebelumnya.

Namun, ketika membuka notification BBM, saya merasa penasaran dengan display picture beberapa kontak BBM yang memasang foto Ev. Yusak Tjipto.

"Was, pasti ada apa-apa dengan beliau. Apakah beliau meninggal?" ucap saya dalam hati.

Tak butuh waktu lama untuk mendapat jawaban. Saya tapped saja display picture salah seorang teman dan mendapat kepastian mengenai dugaan saya sebelumnya: Ev. Yusak Tjipto sudah kembali kepada Bapa Surgawi untuk selamanya.

Ingatan saya segera terarah pada kenangan demi kenangan mengenai beliau. Memang saya tidak mengenal beliau secara pribadi. Bersalaman tidak pernah, didoakan secara langsung (tumpang tangan) juga tidak pernah. Namun, saya merasa begitu "dekat" dengan beliau.

Figur sebagai seorang mbah/engkong begitu melekat, bukan hanya karena usia beliau memang sudah lanjut, melainkan karena beliau punya pengalaman yang begitu nyata dan sangat dekat dengan TUHAN. Kalau sudah bercerita ... berkhotbah ... share kebenaran firman ... tak ubahnya seperti seorang kakek sedang bercerita pengalaman hidupnya kepada para pendengar (jemaat). Berkali-kali dalam khotbahnya beliau bercerita mengenai panggilan Tuhan pada masa kecilnya, termasuk segala "kenakalan" yang pernah dijalani dan dilaluinya bersama Tuhan.

For me ... Pak Yusak (begitu kami sering menyebut nama beliau) ... adalah salah satu hamba Tuhan senior yang layak dijadikan panutan atau role-model buat generasi ini, sampai kapan pun.
Saya teringat akan "perkenalan" awal dengan beliau lewat seri bukunya yang berjudul Hidup Bergaul Karib dengan Tuhan yang ditulis oleh Pdt. Petrus Agung Purnomo (alm).

Bukunya ada 3 seri, yang menceritakan pengalaman pribadi Pak Yusak bersama Tuhan dengan sangat mendetail. Membaca bukunya ... saya menangkap ada sesuatu yang lain dari Hamba Tuhan yang satu ini. "Beliau sangat mengenal Tuhan yang disembahnya," begitu gumaman yang pernah meluncur dari mulut saya.

Benar saja, ketika pertama kali saya mendengar beliau berkhotbah di Holy Stadium (saya lupa persisnya tahun berapa) ... terasa sekali bahwa apa yang beliau sampaikan bukan sekadar teori, melainkan pengalaman pribadi. Beliau juga sering mengarahkan jemaat (siapa pun yang mendengar khotbahnya) untuk mengenal Tuhan secara pribadi, tidak ikut-ikutan.

Beberapa kalimat atau ungkapan yang sering disampaikan oleh beliau saat bercerita:

"Masuk surga nggak gandeng-gandengan."

"Alami dhewek!" (alami sendiri)

"Ngglindhing wae."

"Ucap syukur."

"Percaya saja."

"Jujur di hadapan Tuhan."

"Selalu tanya Roh Kudus saat ingin berbuat sesuatu, bahkan saat ingin berbuat dosa, bilang dulu sama Roh Kudus."

Ungkapan atau pernyataan yang tidak hanya teori, tetapi hasil dari pengalaman hidup beliau sampai akhir hayat. Kesaksian atau cerita yang disampaikan oleh beliau jarang sekali dari kisah orang lain, karena beliau ingin menekankan satu hal: kekristenan adalah perjalanan hidup yang nyata (pengalaman) bersama Tuhan.

Oya, ada (tak sedikit) yang menganggap, berkata, menuding, dan ngomporin orang lain bahwa beliau hamba Tuhan yang sesat dengan segala argumentasi yang menyertainya. Namun bagi saya ... sejauh yang saya tahu dan dengar dari semua pengajaran ... tak ada satu pun yang bisa dibilang sesat atau ngawur. Memang ajaran dari beliau (dari pengalaman hidup bersama Tuhan) terkadang terdengar gila, aneh, dan tak masuk akal tapi (menurut saya) masih dalam koridor yang sesuai dengan firman Tuhan.

Belakangan saya sempat mendengar berita bahwa kondisi kesehatan beliau terus menurun. Sekalipun demikian, panggilan hidup sebagai pilar (penopang) bagi pergerakan dan pelayanan di kelompok Bahtera maupun bagi umat Tuhan di Indonesia secara umum, masih sangat kuat.

Menurut salah seorang anak beliau, Pak Yusak sekitar setahun terakhir praktis tidak pernah tidur (dalam arti mengambil waktu khusus untuk tidur selayaknya orang normal). Ketika ada di rumah (tidak pelayanan), beliau menggunakan sebagian besar waktunya untuk berdoa. Tidur pun dalam posisi sedang duduk dan berdoa (lebih tepatnya: tertidur saat sedang berdoa).

Beliau bahkan sempat "memaksakan" diri untuk hadir dalam sebuah acara rutin yang selama ini diadakan di Jakarta (dikenal dengan Seminar SHRK) untuk dapat mendoakan umat Tuhan yang menghadiri seminar tersebut. Seperti sudah "terasa" bahwa tak lama lagi beliau akan dipanggil pulang oleh Tuhan.

Suatu kondisi yang sebisa mungkin, bagi yang mengenal beliau, diundur selama mungkin supaya beliau tidak segera dipanggil Tuhan. Keberadaan beliau, yang sempat mengalami near death experince selama beberapa kali, masih sangat dibutuhkan oleh bangsa ini.

Ketaatan beliau terhadap Tuhan ... menggentarkan kuasa kegelapan

Imannya yang tanpa kenal takut dan tanpa kompromi ...

Ke-cuek-an beliau (yang terkadang dianggap aneh, sesat, atau gila)


Kasihnya kepada Tuhan 

SUNGGUH LUAR BIASA ...

Oleh karena itu ... berita bahwa beliau akhirnya berpulang pada 23 Juni 2016 lalu benar-benar merupakan suatu kehilangan besar bagi umat Tuhan di bangsa ini, bukan hanya bagi "kelompok Bahtera".

Waktu akan membuktikan bahwa keberadaan beliau memang tak bisa tergantikan oleh siapa pun. Beliau termasuk pahlawan iman yang pernah ada, bahkan salah satu yang terbaik yang pernah ada di Indonesia ...

Namun, kita masih dapat "mewarisi" apa yang pernah beliau sampaikan, bagikan, dan impartasikan dalam berbagai kesempatan. Apa yang beliau sudah lakukan dan berikan bagi bangsa ini (juga gereja Tuhan), dapat dilanjutkan dan dituntaskan generasi yang sekarang.

Selamat jalan Engkong Yusak ... you are the best ... forever in our heart ... 
Selamat bereuni dengan Emak Oei Kiat Nio dan Pak Petrus Agung ...
Selamat bertemu kekasih jiwamu yang sejati: Yesus Kristus Tuhan ...
Engkau telah menyelesaikan pertandingan dengan sangat kuat ...

Keinginanmu untuk pulang akhirnya "dikabulkan" karena waktu-Nya sudah tiba ...


Kami akan sangat merindukanmu ...

2 comments:

  1. Kedekatan pengalaman hidup Alm Pak Yusak Tcipto dengan Tuhan setara dengan Yosua yang Setia Dan taat berani mengikuti TUHAN.

    ReplyDelete

Rutinitas Rumah Sakit dan Insight "You'll Never Walk Alone" Mengisi Soreku yang Syahdu ...

  Ilustrrasi rumah sakit (Source: www.wphealthcarenews.com) Di tengah suasana sore yang syahdu setelah diguyur hujan deras bercampur angin y...