Ilustrasi penutup knalpot Vario |
Mungkin Anda terkejut, penasaran, dan bertanya-tanya mengenai judul tulisan ini. Apalagi melihat gambar di atas kok ada penutup knalpot. Maksudnya apa sih? Sebegitu murah kah nilai sebuah pengampunan, sehingga tak sampai 2 dollar Amerika dengan kurs per hari ini? Tenang ... tenang ... baca dulu kisahnya sampai tuntas, barulah boleh menyimpulkan ...
Ceritanya bermula ketika saya bersama istri berhenti di toko roti yang ada di daerah Jalan Sudirman, Yogyakarta. Setelah memarkir sepeda motor, merk Honda dengan tipe Vario Techno, kami pun masuk ke dalam toko untuk memilih-milih roti. Sekadar informasi, toko roti tersebut memang punya tempat parkir yang terbatas dan cukup sempit, dengan dijaga oleh dua orang satpam yang nampaknya merangkap sebagai petugas parkir.
Tak ada firasat apa pun sebelumnya bahwa akan terjadi sesuatu. Setelah selesai berbelanja, sekitar 20-an menit, kami pun berjalan menuju parkiran sepeda motor. Saya agak terkejut melihat ada 3 orang terlihat berkumpul hingga menutupi sepeda motor yang kami pakai.
"Maaf permisi, saya mau ambil motor," ucap saya sambil tersenyum. Saya masih belum ngeh apa yang sebenarnya baru saja terjadi.
"Owh, ini motornya mas..." jawab salah seorang pria yang berbadan tegap dengan potongan agak cepak.
Tak lama kemudian, saya mendapat informasi lebih jelas bahwa si pria berambut cepak tadi baru saja memarkir sepeda motornya tepat di sebelah kanan sepeda motor kami. Mungkin karena terburu-buru, ia tidak memperhitungkan space parkiran yang agak sempit. Ia terlalu mepet ke kiri ketika membelokkan sepeda motornya, sehingga bagian pijakan boncengan sebelah kiri menyangkut penutup knalpot yang terbuat dari plastik hingga terlepas. Skrupnya patah dan tak bisa dipasang lagi.
Singkat cerita, kami pun terlibat dalam percakapan singkat mengenai solusi dari masalah tersebut. Lewat obrolan itu, saya mengetahui bahwa pria tersebut ternyata polisi yang bertugas di daerah kabupaten di DIY. Namun, mungkin karena menyadari kekeliruannya, ia bersikap amat koorperatif dan menanyakan pada saya akan diselesaikan dengan cara bagaimana.
Semula ia mau tukeran nomor HP, tapi saya rasa akan lebih ribet nanti urusannya, ketemunya juga akan susah. Maksudnya sih baik, kalau nanti penutup knalpotnya sudah diganti, bisa kontak dia. Akhirnya, kami sepakat untuk dia memberikan sejumlah uang untuk mengganti penutup knalpot tersebut.
Ia lalu mengulurkan dua lembar uang pecahan dua puluh ribu dan lima ribu rupiah, sambil beberapa kali meminta maaf atas kejadian tersebut. Saya pun menerimanya dan segera pergi dari tempat itu. Jujur saja kami memang tidak tahu berapa harga penutup knalpot baru, baik yang orisinil atau yang KW, sehingga uang itu saya anggap cukup untuk menggantinya.
Dua hari kemudian, saya baru sempat pergi ke bengkel untuk membeli penutup knalpot baru. Mau tahu harganya? Empat puluh dua ribu!!! Saya pun segera teringat dengan uang dua puluh ribu rupiah yang diberikan oleh "Mas Polisi" tadi.
Sempat sebel juga karena uangnya kurang. "Seharusnya saya minta lima puluh ribu rupiah," batin saya. Namun, gerutuan saya mereda ketika saya merasa ada suara dalam hati mengingatkan saya untuk mengampuni.
"Baiklah, Tuhan, saya ampuni orang itu dan tak lagi mempermaasalahkan uang tambahan yang harus saya keluarkan. Toh Engkau sudah memberkati dan menyediakan sehingga saya bisa langsung membayar penutup knalpot itu tanpa harus meminjam uang," ucap saya.
Akhirnya ... saya pun merasa damai sejahtera lagi.
Nah, dari peristiwa itulah istilah "Pengampunan Senilai Tujuh Belas Ribu Rupiah" saya dapatkan. Semoga cerita ini bisa menjadi berkat bagi pembaca sekalian.
Tuhan memberkati
No comments:
Post a Comment